- Back to Home »
- Arsitektur »
- TUGAS VERNAKULER
Posted by : Unknown
Thursday, 9 July 2015
GAMBARAN OBYEK PENGAMATAN
LOKASI
Rumah joglo ini terletak di daerah Boja tepatnya di Dusun Pilang Desa Boja RT 04 RW 08, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Pemilik rumah tersebut bernama Mulia Ningsih. Beliau seorang pensiunan jasa tirta di Wonogiri yang dulunya menempuh studi pada jurusan arsitektur di salah satu universitas di kota Makasar yang kemudian melanjutkan studinya pada jurusan teknik sipil di Universitas Diponegoro Semarang.
SEJARAH PENDIRIAN RUMAH
Rumah ini mulai dibangun pada tahun 2013 dan siap huni pada tahun 2014, tepatnya pada bulan Desember tahun 2014 rumah ini ditempati. Berawal dari tanah kosong seluas ± 2200 m² pemilik rumah mendesain sendiri bangunan ini. Pada bagian depan, ruang tamu dengan menggunakan atap joglo yang semuanya terbuat dari kayu jati. Pemilik rumah mendapatkan bangunan joglo saat jalan-jalan ke Kota Pati dan beliau membeli rumah tersebut dari seorang nenek yang menjual rumahnya. Dan akhirnya rumah tersebut di susun kembali di lahan pemilik rumah yang baru dengan beberapa perubahan. Yang awalnya tanpa ukiran, pemilik rumah akhirnya menambahkan ukiran-ukiran pada kayunya. Rumah tersebut berdiri tidak hanya dari satu bangunan namun di kombinasi dari beberapa bangunan rumah joglo. Rumah yang paling utama dibuat untuk bagian pendopo di beli dengan harga berkisaran Rp 75 juta.
KONSTRUKSI, TATA RUANG, RAGAM HIAS, MAKNA FILOSOFI
Konstruksi Rumah
1. Kepala
· Atap
Pada bagian atap terdapat 2 model atap rumah yaitu joglo itu sendiri dan atap pelana. Penutup atap masih menggunakan genting tanah liat berwarna coklat tua. Oleh karena itu ada sambungan antara atap joglo dengan atap pelananya. Sambungan tersebut berupa talang kuno dari seng yang kekuatannya dalam menahan air masih di ragukan.
· Tumpang Sari
Pada rumah ini terdapat sepasang tumpang sari dengan 5 tingkatan.
2. Badan
· Dinding
Dinding yang menutupi rumah terbuat dari kayu jati asli, yaitu dinding pada bagian pendapa. Sementara itu dinding pada area ruang sentong kanan dan sentong kiri sudah ada perubahan, yaitu menggunakan susunan batu bata modern yang susunannya sangat unik berbeda dengan rumah pada umumnya.
· Tiang (soko)
Tiang atau kolom yang dalam bahasa jawa biasa disebut kolom terbuat dari kayu jati asli pada bagian pendopo, sedangkan tiang yang digunakan pada ruang untuk aktivitas servis dan ruang privat menggunakan tiang atau kolom beton karena alasan kekuatan dan awet.
· Pintu
Pintu depan menggunakan pintu kupu tarung sedangkan untuk pintu kanan kiri menggunakan pintu gebyog geser dengan perpaduan kaca dan ukurannya lebih tinggi dan lebih lebar dari biasanya. Di rumah ini kunci pintu masih menggunakan model lama yaitu dengan kayu.
· Jendela
Pada rumah ini dalam bagian gebyog tidak terdapat jendela namun terdapat panel kayu yang berbentuk jendela. Sedangkan bagian kanan kiri terdapat jendela kaca dengan kusen kayu.
3. Kaki
· Pondasi
Menurut narasumber,bagian kaki atau pondasi rumah ini dalam pembangunan menggunakan pondasi lajur.
Tata Ruang
Dalam bangunan ini untuk tata ruang rumah sendiri sudah mengalami sedikit perubahan. Untuk pendopo masih digunakan untuk menerima tamu dan juga berfungsi sebagai ruang keluarga. Selain itu pada rumah tersebut tidak menyediakan pringgitan yang berguna untuk lorong penghubung antara pendapa dengan omah njero atau biasa digunakan untuk tempat pertunjukan wayang kulit/kesenian/publik. Tetapi ada yang menarik dari tata ruangnya yaitu terdapat sebuah lorong yang dihias oleh accesoris pemilik rumah yang didapatkan dari kunjungan ke luar negeri. Lorong tersebut digunakan untuk penghubung antara pendapa dengan area sentong. Sedangkan bagian sentong kanan dan sentong kiri berfungsi sebagai ruang tidur. Setelah area sentong kita dapat menumpai dapur, kamar mandi, dan ruang cuci.
Ragam Hias
Fungsi hiasan pada suatu bangunan adalah untuk memberi keindahan, yang diharapkan dapat memberi ketentraman dan kesejukan bagi yang menempatinya. Pada orang Jawa, hiasan rumah tersebut banyak diilhami oleh flora, fauna, dan alam. Di dalam rumah joglo yang sudah di observasi terdapat banyak ornamen – ornamen ragam hias rumah joglo. Namun ada sedikit perbedaan karena faktor dari selera atau kesenangan pemilik rumah.
Padma
Dalam bangunan rumah joglo ini untuk bagian padma tidak ada ukiran karena sang pemilik rumah menginginkan soko yang simple dan terlihat lebih elegan
Makutha dan Gunungan
Untuk bentuk makutha dan gunungan masih sama dengan rumah joglo aslinya atau tidak mengalami perubahan sama sekali
Lung Lungan
Bentuk ornament lung lungan yang ada pada rumah joglo yang sudah di observasi tidak mengalami perubahan
Patron
Pada rumah ini bentuk motif patron sangat berbeda dengan patron yang pada umumnya, Karena sesuai dengan keinginan sang pemilik rumah. Bentuknya seperti daun namun ada lubang di bagian tengah ujungnyaa.
Makna Filosofi
Terwujudnya pola rumah tradisional sebagai lingkungan buatan sangat terkait dengan sikap dan pandangan hidup sesuai pemilik rumah, terlepas dari sendi-sendi Joglo sebagai Tradisional Jawa yang melandasi aspek-aspek kehidupan.
Rumah Joglo Ibu Mulia Ningsih tersebut selain menampung aktivitas kehidupan hidup seperti: tidur, makan, mandi dan sebangainya. Juga merupakan pencerminan penghuni rumah. Rumah ini di desain ini oleh pemilik rumah sehingga sesuai dengan keinginan pemilik rumah. Penggunaan ukiran berupa dedaunan dan bunga mencerminkan kepribadian pemilik rumah yang hanya dihuni oleh Ibu Mulyaningsih itu sendiri.
RESUME
Dari hasil observasi, dalam laporan ini dapat kami simpulkan bahwa rumah joglo yang kami observasi telah mengalami beberapa perubahan dari rumah joglo asli atau rumah joglo yang sudah dipatenkan bentuk, susunan ruang dan ragam hiasnya. Perubahan – perubahan tersebut terjadi karena beberapa faktor yaitu lingkungan sekitar, peralihan fungsi, material yang digunakan, kebutuhan pemilik dan faktor selera pemilik.
Misalnya perubahan pada ornamen ukiran rumah. Ibu Mulia Ningsih mendesain rumahnya dengan ukiran yang sederhana dan lebih dekat dengan alam (ukiran bunga dan daun). Pada tata letak ruang, pringgitan yang sudah tidak ada menunjukkan peralihan fungsi. Ibu Mulia Ningsih menggunakan pendapanya untuk menerima tamu, sentong kanan dan kiri digunakan untuk ruang tidur dan bagian belakang (gandog) digunakan untuk dapur, kamar mandi, tempat mencuci, dan gudang. Hal tersebut masih sesuai dengan fungsi aslinya, tetapi material yang digunakan sudah berubah.